Thursday, October 14, 2010

Cerita Wartawan Muda & Korlap 86

INI KISAH seorang wartawan muda. Waktu itu, anak muda ini baru beberapa bulan mengenal dunia kewartawanan. Sekali waktu, ia ikut kumpul dengan teman-temannya yang bisa dibilang agak seniorlah. Mereka standby di salah satu tempat yang biasa dijadikan basecamp wartawan.

Di saat para wartawan sedang duduk untuk menunggu datangnya informasi berita, ada salah wartawan yang woro-woro. Ia bilang ada liputan yang sungguh menarik. Lalu, dia mengajak wartawan-wartawan lain untuk merapat ke sana.

Ramai-ramailah para juru warta ini ke sana tempat kejadian perkara - hotel - yang disebutkan oleh si wartawan agak senior itu. Sesampai di lobi hotel tempat penyelenggaraan acara yang diadakan oleh seorang tokoh, para wartawan pun langsung tanda tangan di daftar kehadiran yang disediakan panitia.

Si wartawan muda yang belum tahu banyak tentang seluk beluk acara-acara semacam itu pun ikut tanda tangan.

Singkat cerita, setelah acara yang sebenarnya tidak penting-penting amat itu usai, si wartawan agak senior yang tadi mengkoordinir untuk datang ke hotel itu, tiba-tiba mengajak salaman. Belakangan, si wartawan muda itu sadar, ternyata dia seorang korlap.

Begitu si korlap menjabat tangan, telapak tangan si wartawan muda merasakan ada kertas di sana. Ia kemudian menyadari kalau ternyata si korlap memberi amplop. Jabat tangan itu ternyata cuma cara agak acara bagi-bagi amplop tidak menjadi perhatian.

Si wartawan muda sampai merah mukanya dan berkeringat tubuhnya ketika disodori amplop oleh si korlap. Ia bingung setengah mati. Ini untuk pertama kalinya ia dengan mata kepala sendiri menyaksikan kalau amplop untuk wartawan itu memang ada di dunia.

“Siapa yang kasih, bang,” kata wartawan muda agak gemetar.

“Adalah. Ini jatah lo nih,” jawab si korlap.

"Gak bisa bang, gue kagak terima beginian. Pulangin dong," tambah wartawan muda dengan lugu.

"Sudah ada jatahnya masing-masing, ini buat lo!" balas si korlap.

Si wartawan muda itu idealis. Ia menganggap pemberian amplop dari narasumber merupakan pelanggaran terhadap kode etik profesi wartawan.

Waktu itu, si korlap sampai menyodor-nyodorkan amplop kepadanya, tapi dia tetap tidak mau terima.

Akhirnya si korlap menarik lagi amplop itu. Ia memasukkan ke kantongnya sendiri. Mukanya pun langsung cerah karena waktu itu jatah 86 buat dirinya jadi dobel.

*HIKMAH yang bisa diambil: Jadilah korlap biar dapat jatah dobel.

2 comments:

Awam said...

Padahal terima aja tuh amplop Mas. Kan yang dilarang itu amplop dari narasumber, sedangkan korlap bukan narasumber. Jadi gak menyalahi hukum tuh, he he.

Siswanto said...

hahahhaa.... betul betul betuuuulll mas