SENANG bukan main senangnya si wartawan koran ekonomi satu ini. Dia menang lomba penulisan karena tulisannya menarik bagi BUMN tempat dia bertugas selama ini. Sudah pasti bangganya dobel. Dapat penghargaan sekaligus dapat uang.
Tiba waktunya penyerahan hadiah. Ternyata, hadiahnya tergolong luar biasa kalau diukur gaji yang dapat diberikan perusahaan media kepadanya pada jaman itu. Bahkan gaji tiga bulan plus bonus pun masih kalah nilainya.
Selesai seremoni, ia berpikir sambil buang air di toilet sudut gedung BUMN paling gemuk di Tanah Air. Katanya, kalau penghargaan sampai dikasih tahu ke redaksi, bisa-bisa hadiahnya dipotong rata sama bos-bos di kantor. Lebih baik, dirahasiakan saja.
Pikiran si wartawan pemenang lomba ini ada benarnya juga. Lebih baik hadiah dari BUMN itu dibuat pesta ramai-ramai bersama teman-teman yang bertugas di sana.
Di akhir pekan, pergilah mereka ke salah satu pusat pijat plus-plus terkenal di Ibukota. Usai acara, uangnya belum habis. Masih banyak. Lalu, pergilah mereka ke karaoke, tentunya sambil mabuk.
Keesokan harinya, kebetulan mereka libur. Kumpul lagi di restoran bonafit. Makan-makan. Selesai makan, dihitung-hitung lagi, uang masih sisa banyak.
Lalu, mereka pergi ke karaoke lagi. Kali ini di tempat karaoke yang lebih mewah dan pelayanan kelas atas. Singkat cerita, jam 02.00 WIB, sambil teler-teler, mereka hendak bayar ke kasir.
Dirogoh-rogoh, di cari-cari di tas, kosong. Ternyata uang si wartawan pemenang lomba itu hilang entah kemana. Mungkin jatuh saat naik taksi. Jadilah mereka urunan. Tapi sial. Uang urunanpun tidak cukup untuk bayar karaoke. KTP pun disita.
No comments:
Post a Comment