KIRA-KIRA jam 09.00 WIB, menjelang sidang paripurna di gedung wakil rakyat. Sekitar empat orang yang mengenakan kartu identitas wartawan mengerubungi seorang anggota dewan yang tidak begitu terkenal.
Para wartawan begitu antusias meng-interview si wakil rakyat. Sampai-sampai si wakil rakyat kewalahan melayani pertanyaan yang datang bertubi-tubi.
Sebenarnya tema pertanyaan yang dilontarkan ke wakil rakyat itu ringan-ringan saja, misalnya soal hobi, cita-cita, keluarga, dan rencana kerja. Tapi, karena pertanyaannya datang secara bergilir dan tidak putus-putus, anggota dewan itu keteteran.
Kira-kira seperempat jam lamanya, tanya jawab itu berlangsung di dekat air mancur gedung dewan. Lalu, masuk ke menit keenambelas sampai seterusnya, keempat wartawan tidak lagi mewawancara. Tapi, berusaha menciptakan canda tawa dengan si wakil rakyat.
Pak wakil rakyat itu rupanya terbuai dengan puja-puji dari keempat wartawan. Beliau gembira dan sesekali tertawa selebar-lebarnya tiap kali kena sanjungan.
Tak terasa 30 menit berlalu, pak wakil rakyat harus segera hengkang dari lobi gedung dewan untuk menuju ke lantai dua, ruang paripurna. Sebentar lagi sidang dibuka.
Belum juga melangkah, salah satu wartawan sambil merunduk-runduk dan senyum-senyum mengajukan satu permintaan kepada pak wakil rakyat. Ia memohon diberi uang seikhlasnya dari anggota dewan itu.
Anggota dewan itu kaget. Ia tidak menyangka akan dimintai uang. Sambil cemberut, ia tanya untuk apa uang itu, para wartawan nyaris serempak menjawab untuk membantu menyuarakan pendapat wakil rakyat.
Karena pada waktu itu, wakil rakyat itu tengah terburu-buru, dengan sangat terpaksa mengeluarkan beberapa lembar uang dari tasnya. Lalu diserahkan cepat-cepat kepada wartawan di hadapannya.
No comments:
Post a Comment