Sunday, July 25, 2010

Nunggu Amplop Sampai Diusir Polisi

AMPLOP memang jadi daya tarik besar bagi sebagian jurnalis Indonesia yang tidak mau menerapkan kode etik jurnalistik. Betapa tidak, uang coy. Bekerja kalau bukan untuk mencari uang, lantas cari apa. Kira-kira begitu dalam pikiran wartawan.

Nah, pikiran itu benar-benar ada di kepala dua wartawan ibukota ini. Senang benar, mereka dapat informasi, salah satu kantor polisi pada hari itu akan menyelenggarakan jumpa pers. Di kepala mereka, sudah pasti minimal Rp100 ribu di tangan.

Padahal, belum tentu semua acara jumpa pers ada uang amplopnya. Contohnya ya kantor polisi yang mengadakan konferensi pers tentang keberhasilan anggota polisi mengungkap suatu kasus yang selama ini jadi perhatian media setempat pada hari itu.

Usai acara, kedua wartawan berkepala botak itu menunggu di dekat pos jaga. Biasanya, pembagian amplop memang dilakukan setelah acara bubar. Wartawan dipanggil satu persatu oleh koordinator atau koordinator yang menemui wartawan-wartawan yang meliput acara.

Hampir sejam mereka duduk. Pantatnya sudah panas karena kelamaan. “Kok, belum ada pembagian nih. Dimakan siapa uangnya nih. Sial,” kata wartawan tua itu.

“Setan benar. Ngerjain kita ini bang,” kata temannya. “Siapa yang bawa duitnya.”

Kalau saja dua orang ini tahu coordinator wartawan di kantor polisi itu, sudah pasti mereka akan memburunya dan meminta jatahnya. Sayang, mereka baru sekali itu datang ke sana.

Dua wartawan ini melihat tiga wartawan yang baru keluar dari ruang pers. Wartawan tua botak itu teriak. “Woi, pada mau kemana, belum dapat nih.”

Tiga wartawan yang sehari-harinya ngepos di kantor polisi itu cuek saja. Mereka langsung menuju ke sepeda motor di tempat parkir. Lalu, pergi.

Dua wartawan tua itu kembali duduk. Sudah pusing. Lalu, mereka beranjak menuju ke anggota polisi yang jaga di pos jaga. “Bang, yang bagi-bagi jatah siapa ya. Kita belum dapat ini bang,” kata si tua.

Anggota polisi yang tak tahu menahu urusan wartawan itu marah. Lalu, diusirlah dua wartawan tua itu. Mereka disangka wartawan pemeras yang selama ini bikin onar.

6 comments:

Yamete said...

Salam mas...
keren tulisannya..
beberapa posting terakhir temanya amplop...
:D

Kunjungan pertama...

lostphobia.blogspot.com

Siswanto said...

terima kasih sudah berkunjung ya mas. salam kenal.

Yamete said...

:D
Salam kenal juga mas....
hohohoho.....

Siswanto said...

siaaap komandan. hehehe

fitri aisya ramadhani said...

wuakakkaaaakk....kocakkkk...kasian amat tuh wartawan dikerjain, cuma gara2 amplop doang.... :P

Siswanto said...

hahahahhaha.... eh, ada lagi lo yang kocak. abis postingan yang ini