SUATU hari dua wartawan muda mendapat tugas dari redaksi untuk meliput kegiatan sosial sebuah perusahaan di Kecamatan Orasudimampir, Kabupaten Mampirotakantemi. Disebut Orasudimampir karena daerah itu jauh sekali, ditambah jalurnya yang bikin kendaraan cepat rusak.
Karena itu, biasanya wartawan di Kabupaten Mampirotakantemi enggan meliput ke sana, keculai memang ada taruna (kira-kira artinya berita) besar dan menasional.
Seperti juga wartawan tadi, khususnya Alung. Sebenarnya dia enggan datang ke acara CSR. Kalau bukan karena perintah bos di redaksi, dia pasti tidak berangkat. Beda dengan temannya, si Ahong. Anak ini sumringah betul.
Si Ahong begitu semangat berangkat karena membayangkan akan menerima vocer bensin Pertamax 10 liter dari humas perusahaan itu. Dia tahu itu karena teman-temannya telah menceritakan kepadanya.
"Lumayan pertamax 10 liter, bisa buat isi motor gw, atau gw jual ke orang yang motornya pake Pertamax," katanya.
Namun Ahong sedikit khawatir karena si Alung selama dikenal sebagai wartawan anti amplop. Bisa celaka jatahnya sampai diserahkan humas lewat si Alung. Bisa-bisa ditolak semuanya. Karena itu, dia berharap jangan sampai panitia menghampiri Alung usai nanti.
Panas sekali siang itu. Tapi, demi pekerjaan, kedua wartawan ini pun melesat cepat ke TKP. Sampai di lokasi, acara sudah berlangsung. Pejabat-pejabat berpidato. Perwakilan perusahaan juga begitu. Tak lama kemudian, acara disudahi.
Ternyata kekhawatiran Ahong menjadi kenyataan. Usai acara humas benar-benar menghampiri Alung untuk menyerahkan dua lembar vocer Pertamax. Satu untuk Alung, satu lagi untuk Ahong. Alung yang sejauh ini masih punya malu terhadap berbagai bentuk hadiah dari narasumber, dengan tegas menolak.
"Maaf mbak, gak usah. Dapat berita ini saja sudah cukup untuk kami," jawab Alung.
Ahong yang berada di samping Alung tak bisa berbuat banyak melihat vocer Pertamax yang sudah diincarnya hilang begitu saja gara-gara Alung.
"Sial, kenapa dikasih ke Alung. Ya pasti ditolak lah," sesalnya dalam hati.
Mau protes, malu. Pokoknya si Ahong kesal sekali. Dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan vocer Pertamax itu. Ahong pun akhirnya hanya bisa misuh-misuh dalam hati.
Sepanjang jalan pulang, dia hanya sekali menoleh ke arah Alung. Setelah itu, dia ngebut. Dia meninggalkan Alung, padahal pas berangkat tadi, sepeda motor mereka jalan beriringan.
"Asu, sudah jalan jauh, terperosok ke sawah, jalan rusak, eehh… gagal Pertamax gan," kata Ahong menirukan kata-kata di forum Kaskus.
No comments:
Post a Comment