Tuesday, January 11, 2011

"Menghajar Iya, Minta THR Iya"

DENGAN penuh semangat, ketiga wartawan di salah satu kabupaten ini memacu sepeda motornya. Terik matahari sudah tak dirasakan lagi. Mereka sedang menuju ke kantor salah satu dinas.

Sesampai di TKP, mereka bertemu dengan humas. Setelah ngobrol ABCDEFG…, mereka keluar dari ruangan lagi. Mereka kecewa karena tidak kebagian THR atau parcel.

Yang membuat mereka tidak terima lagi ialah karena namanya tidak dicantumkan oleh korlap pokja wartawan ke daftar penerima THR. Pantasan, humas tidak mau memberikan THR.

Waktu itu, menjelang lebaran. Mendatangi pejabat-pejabat yang selama ini jadi narasumber, agaknya sudah jadi kebiasaan beberapa wartawan itu. Tapi, lebaran tahun ini benar-benar membuat mereka marah.

"Sial tuh si kupret, masa anak baru namanya ditulis sementara kita yang lama gak ditulis," kata Sugih kepada dua orang temannya.

Belakangan diketahui, korlap pokja wartawan memang sengaja tidak memasukkan nama mereka karena selama ini suka main sendiri.

"Kita gak bisa tinggal diam, kita harus segera melapor ke bapak (pejabat) atas ketidakadilan ini," timpal Gondo.

Akhirnya melaporlah si Sugih, yang selama ini memang terkenal jago melobi narasumber, kepada salah satu pejabat beberapa saat kemudian. Mereka lapor lewat telepon.

Setelah selesai menelpon pejabat, wajah Sugih langsung berubah sumringah. Ia pun langsung mengajak dua rekannya untuk menghadap ke tempat yang sudah disebutkan kepala dinas. "Ayo, ditunggu bapak di ruangan sekarang," ajak Sugih.

Di ruangan komandan tersebut Sugih cs mengeluhkan sikap seniornya yang tak mencantumkan namanya untuk mendapatkan jatah THR. Mendengar itu, si pejabat hanya mengangguk-angguk.

Lalu, si pejabat bilang dengan nada lemas. Saat ini dia sudah tidak punya uang lagi. Bangkrut tiap datang lebaran. Sampai hari ini saja sudah 300 orang yang datang. Ada yang minta THR, parcel, bahkan mengajukan proposal. Dan rata-rata mengaku wartawan.

Setelah mendengar penjelasan tadi, Sugih cs hanya diam terpaku. Mau minta jatah lagi, merasa perasaan kasihan. Mau balik kanan, tidak ikhlas karena tidak ada hasil. Dengan langkah loyo, akhirnya mereka pergi.

Setelah mereka pergi, si pejabat tertawa. “Enak saja. Menghajar (mengkritik lewat berita) kita iya, minta THR iya juga.”

No comments: