Iya. Beberapa saat lalu, para menteri kabinet
Tulisan ini tidak ingin mengulas tentang dampak positif dan negatif dari kenaikan itu. Aku ingin lebih melihatnya dari sisi belajar melihat proses kebijakan pemerintahan SBY ini diputuskan.
Apabila kita mengingat, pada pertengahan April lalu, pemerintah telah memberikan tanda-tanda akan adanya kenaikan harga BBM ini. AKu ingat, informasi mengenai rencana ini sempat disanggah beberapa kali pihak pemerintah.
Aku berpikir, sanggahan itu pasti bukan untuk betul-betul membantah bocoran informasi ini. Sebaliknya, sebagai ancang-ancang bagi pemerintah untuk kebijakan lebih lanjut. Pengampu negeri ini ingin memancing reaksi lebih banyak dari masyarakat terlebih dahulu.
Ternyata setelah itu, mulailah reaksi dari berbagai kalangan. Pengamat ekonomi, politik, sosial, pendidikan, psikologi, anggota DPR dan lainnya mulai memberikan argumentasi. Benar juga. Setelah ada reaksi yang panjang, pemerintah bergerak.
Setelah itu, pemerintah membenarkan rencana kenaikan. Nah, inilah yang kumaksud. Sebenarnya kabinet hanya ingin mendapat masukan-masukan. Toh, sesungguhnya kenaikan itu sudah merupakan agenda yang memang akan dilakukan apapun resikonya.
Argumentasi alternatif yang diungkapkan para pakar, kritikus itu memang bagian dari rencana yang diharapkan. Soalnya, hal itu akan menjadi masukan selama proses komunikasi politik berlangsung. Pemerintah tidak "marah" dengan munculnya kritik atau kecaman. Sebab, seperti itulah proses komunikasi. Bagian dari skenario.
Input yang muncul ternyata tidak hanya melalui perang opini di media
Media
Tentu saja iya. Jika harga BBM naik, harga kebutuhan pokok, pendidikan, tarif angkutan dan macam-acam akan mengikuti. Sementara penghasilan tidak mengikuti atau tidak sebanding.
Semua informasi kejadian-kejadian yang yang bersinggungan dengan kebijakan kenaikan ini memang diharapkan oleh pemerintah. Pemerintah akan menerimanya sebagai input. Input ini lalu digodok. Proses penggodokannya berjalan terus. Tapi, input itu tetap tidak dapat mengganggu gugat agenda kenaikan.
Out put dari penggodokan input itu ialah keputusan menaikkan harga itu sendiri. Dalam komunikasi politik, tidak ada proses yang lalu selesai setelah ada output atau hasil. Setelah ini pasti muncul gejolak-gejolak.
Gejolak yang mulai muncul sekarang adalah masyarakat pengguna transportasi mengeluh dengan tingkat kenaikan tarif angkutan yang dipatok pengusaha. Meningkatnya jumlah angka kasus bunuh diri akibat tindihan ekonomi. Angka putus sekolah akan meningkat. Nelayan tidak bisa melaut karena tidak bisa lagi membeli solar. Dan macam-macam lagi.
Gejolak yang datang ini cara kerjanya seperti tadi. Gelombang ini akan menjadi input kembali. Input-Proses-Out put. Lalu in put-proses-output dan seterusnya.
Nanti, apa yang pernah dikatakan oleh tetanggaku tadi, akan selalu ditemui dimasa-masa mendatang menjelang kebijakan kenaikan harga BBM dan kebutuhan lainnya. Kata tetanggaku tadi, kenaikan harga BBM 2005 yang lalu, masyarakat juga mengalami hal seperti sekarang.
No comments:
Post a Comment