Melihat Istana Negara
Mei 2008 ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Program “Istana untuk Rakyat.” Intinya membuka kembali istana Kepresidenan
Pada satu kesempatan, penulis melakukan reportase di salah satu bagian terpenting kawasan itu. Yakni Istana Negara.
Istana adalah salah satu ruang yang paling sering digunakan untuk pertemuan presiden dengan tamu, misalnya pejabat setingkat di bawahnya, pimpinan badan usaha milik negara sampai pengusaha-pengusaha swasta atau acara-acara seremonial lainnya.
Tentunya, tidak semua orang bisa masuk ke
Pintu utama Istana Negara terbuat dari kayu pilihan atau kayu berkualitas tinggi. Karena itu, kokoh sekali dan bertahan hingga puluhan tahun lamanya. Cat bangunan berusia tua ini didominasi warna putih.
Kalau dilihat dari bangunan samping akan nampak jendela-jendela kayu yang sangat kuat. Kekuatannya bisa jadi menyamai pintu utama tadi. Ciri khas jendela adalah ukurannya yang besar dan tinggi.
Engsel jendela pun berukuran besar dan terbuat dari besi baja.
Wartawan diizinkan masuk ke istana itu oleh pasukan pengaman presiden pada waktu-waktu tertentu saja. Misalnya pada saat ada acara yang memerlukan publikasi media. Kalau pemerintah tidak perlu publikasi, sudah barang tentu para juru warta dilarang keras memasuki area bangunan besar ini.
Ketika kaki sudah melewati pintu besar, akan langsung dapat melihat betapa ruangan ini begitu luas dan tinggi. Mungkin 1.000 kursi muat di dalam ruangan itu. Di sebelah kiri dekat pintu utama, terdapat peralatan musik tradisional dari Pulau Bali.
Sedangkan di sebelah kanan ada semacam tempat khusus yang lantainya dibuat lebih tinggi semacam panggung berlatar belakang peta nusantara.Ini sebenarnya berada di tengah jika dilihat dari dalam.
Kemudian di pojok kanan lagi merupakan tempat untuk memajang alat musik tradisional dari Jawa. Jenisnya lengkap sekali. Mulai dari gendang, gong, rebab dan banyak lagi. Alat-alat itu dalam kondisi teratur dan nampak memang mendapatkan perhatian khusus dalam hal itu.
No comments:
Post a Comment