Sunday, May 25, 2008

Calo dan Polisi

Ada tetanggaku yang sedang berbicara dengan suara keras-keras di telepun. Mungkin dia bicara dengan polisi atau petugas dinas perhubungan. Aku tahu lawan bicaranya itu petugas karena saat itu, dia selalu mengatakan meminta pertolongan untuk memperpanjang KIR atau STNK mobil.

Sehari-harinya, tetangga kosku ini punya pekerjaan unik, yaitu nyalo bidang perpanjangan SIM dan STNK. Julukan yang agak terhormat, dia penjual jasa untuk hal-hal yang berbau hubungan administrasi dengan kantor polisi. Sesuai plakat yang dipajang tinggi-tinggi di teras rumahnya, biro jasa macam-macam surat.

Pada pembicaraan pertama, orang tua yang hidungnya pesek ini bertanya mengenai kemungkinan perpanjangan administrasi kendaraan tanpa membawa kendaraan roda empat. Alasannya, mobilnya sedang mengangkut barang di tempat lain sehingga tidak dapat dibawa serta ke kantor polisi atau Dishub.

Dari jawaban-jawabannya, aku menebak, polisi atau petugas Dishub yang diajak bicara tidak bersedia membantu apabila tidak ada mobilnya. Mungkin, petugas itu tidak mau terlalu beresiko. Tapi, setahuku, memang sudah aturannya apabila mobil harus ada saat masa perpanjangan surat, baik KIR atau STNK. Ini untuk kepentingan tes fisik kendaraan itu.

Berkali-kali dia memastikan bisa dibantu oleh petugas itu atau tidak. Namun, sepertinya tetap tidak bisa.

Lalu, tetangga ini menelpon kembali petugas lain dengan menanyakan kasus yang sama. Aku mikir-mikir, yang namanya calo, tentunya temannya banyak. Kalau yang satu tidak bisa menolong mempersingkat jalur formal, ada pilihan teman lainnya.

Teman tetanggaku yang ditelpun ke dua itu sepertinya bisa memberikan bantuan untuk menyiasati aturan. Terdengar nada gembira dari suara bapak-bapak berambut putih dan perut buncit itu. Berkali-kali dia mengucap terima kasih.

Aku sering memperhatikan kegiatan orang asal Padang ini. Misalnya saat aku mengeluarkan sepeda motor untuk berangkat kerja, dia sedang duduk di bangku kayu warung nasi miliknya. Di sana, dia sedang membuka-buka STNK titipan orang untuk diperpanjang usianya. Dia mengurut-urutkan KTP dan macam-macam kertas untuk persyaratan datang ke kantor polisi.

Malah suatu hari, dia pernah mengeluh padaku mengenai STNK yang dimintakan tolong kepadanya ternyata sudah mati sejak lima tahun lalu. "Ini nanti kena berapa biayanya," katanya sambil geleng-geleng kepala.

Aku sempat penasaran juga saat itu. Tapi, aku sih yakin, bapak itu bisa menyiasatinya. Toh, dia punya banyak koneksi polisi yang bisa diajak kerjasama. "Ini bisa sih dihidupin lagi," katanya sambil menghisap rokok klobot.

Itulah pekerjaan tetanggaku. Tiap hari mondar-mandor ke kantor polisi untuk urusan membantu masyarakat yang tidak mau terlalu pusing dengan prosedur. Jasa seperti itu, sampai kapanpun pasti tetap eksis. Orang malas butuh jalan pintas, calo mampu memberikannya. Soalnya ada polisi yang juga butuh uang kontan dari hasil kerjasama dengan calo itu.

Hanya saja ada satu pertanyaan yang selalu kutunda untuk tak sampaikan ke dia. Yaitu penghasilan.

Aku punya cerita sewaktu masih meliput di Kota Bekasi. Aku yakin seyakinnya, disiplin apapun yang diterapkan pimpinan polisi, tidak akan terlalu mengena di bawah. Soalnya ini menyangkut uang tunai.

Saat itu, di Polrestro Bekasi. Calo perpanjangan SIM bukan hanya orang sipil, melainkan polisi juga. Sudah seperti kantor polisi tanpa disiplin, petugas dengan mengenakan seragam merayu-rayu menawarkan jasa kepada hampir semua orang yang hendak ke polres.

Tak terkecuali aku. Padahal, tiap hari aku datang ke sana untuk liputan. Mungkin, polisi itu lupa sama mukaku. Tapi, masa tiap hari lupa.

Suatu hari, awal-awal pergantian kapolres, ada kegiatan penertiban calo. Yang melakukan operasi ya petugas dari polres sendiri. Aku yakin, antara calo dan petugas saling mengenal. Namanya tiap hari di lingkungan yang sama. Nah, nasib salah satu polisi pelupa tadi lagi sial. Dia tertangkap tangan sedang nyalo.

Aku tidak tahu apa sanksinya setelah itu. Tapi, secara tidak sengaja aku melewati taman menuju ruang tunggu SIM, ada anggota polisi yang selalu lupa sama aku itu sedang berendam di kolam depan kantor polisi.

Anehnya, dia masih berseragam lengkap. Dia duduk seperti ayam mengerami telur. Dia mengerami air kolam yang keruh itu. Mukanya merah dan seperti hendak menangis saat melihatku.

Singkat cerita, komandan PM bilang, pihaknya memberikan hukuman kepada polisi yang nyalo dengan merendamnya di air kolam.

No comments: