Misalnya begini, satu hari, sehabis membaca artikel tentang BBM yang ditulis Kwik Kian Gie di www.koraninternet.com, rasanya aku malah menjadi frustasi. Mengapa? Aku berpikir, bagaimana mungkin bisa menulis selengkap dan mendalam dan analisis seperti itu. Apa mungkin aku bisa seperti Pak Kwik. Duh, kalau mengingat-ingat itu, aku sedih. Mandeq.
Itulah salah satu sampah otak yang mengganggu keinginan kita mengembangkan tulisan. Berlatih disiplin menulis, sering terhambat oleh keinginan-keinginan macam itu. Pencapaian Pak Kwik adalah sebuah proses panjang. Pak Kwik tentunya memiliki cerita tersendiri bagaimana dia melatih dirinya sehingga dalam jangka waktu tertentu mencapai tahap seperti sekarang.
Aku ingin menceritakan bahwa proses latihan menulis itu bisa dimulai dari bahan tulisan apa saja. Intinya adalah melatih diri membiasakan menulis. Menulis secara otomatis dimulai dari pengamatan, pendengaran, membaca dan macam-macam. Dengan demikian, dia memiliki gambaran tentang apa sih yang menarik atau darimana memulai atau biarkan saja mengalir dengan sendirinya.
Suatu hari. Waktu itu Minggu. Aku mengendarai sepeda motor melintas di depan Istana Merdekat Jakarta. Di
Di ujung trotoar, tepatnya di pojokan LKBN Antara, ada beberapa armada bus di tepi jalan. Rupanya, di depan bus itu ada ratusan orang bersorban dan berjilbab. Aku tidak turun dari motor, tapi sengaja menjalankan motor dengan pelan-pelan. Aku amati gerakan mereka. Rupanya mereka akan demonstrasi di Bundaran HI.
Singkat cerita, sampai di redaksi, aku menuliskan pengamatanku itu. Tidak ada wawancara dengan peserta demonstrasi. Tulisanku hanya berdasarkan fakta pengamatan saja. Di bawah ini hasilnya:
Muslim Suarakan Perdamaian di Bundaran HI
(Sabtu, 17 Mei 2008 - 09:13 wib)
Rute yang digunakan untuk menyuarakan perdamaian ini mulai dari Masjid Jami Al Fatah - Batu tulis XIV - Juanda III - Veteran - depan Istana Merdeka- Bundaran HI - Thamrin - Merdeka Selatan - Gambir - Masjid Istiqlal.
Menurut mengamatan okezone sekira pukul 9.00 WIB, mereka bergerak dari depan Istana Merdeka menuju Bundaran HI dengan berjalan kaki. Seluruh peserta karnaval itu mengenakan jubah putih. Di sebagian kepala para kaum wanita mengenakan pita warna-warni.
Muslim yang berasal dari Yayasan Al Idrisiyyah ini bergerak tertib di sepanjang bahu jalan. Petugas polisi ikut membantu menjaga ketertiban di sepanjang jalan itu. Sebagian peserta karnaval membentangkan spanduk. Tidak satupun tulisan dalam spanduk itu yang bernada provokasi, perpecahan, maupun penghinaan terhadap umat lainya. "
Salah bunyi tulisan di
Mereka merupakan perwakilan dari berbagai provinsi di tanah air. Diantaranya yang nampak dari pengamatan, Sumatra Selatan, Maluku.
No comments:
Post a Comment