Thursday, May 15, 2008

Yang Menghambat Menulis

Saat ini, pemikiranku tidak fokus. Berpikir entah menjurus kemana. Arah pikiranku liar sehingga menyulitkan untuk memulai satu kata yang hendak kutulis. Tentu saja pada tahapan ini, Aku tidak berkembang. Ide menulis yang sebelumnya menyentai seluruh raga, ketika fokus pikiran belum terjadi, maka sentakan-sentakan itu seolah tidak berkekuatan dahsyat kembali.

Yang kulakukan pada kondisi semacam mengalam kebuntuan ini adalah tidak hendak membiarkan itu menjadi riil. Aku harus mencairkannya dengan terus mengeluarkan sampah yang menghambat tatanan-tatanan ide di dalam dunia kecerdasanku, di pikiranku.

Gangguan-gangguan itu begitu kuat sehingga hampir-hampir melumpuhkan persendian berpikirku. Sudut-sudut ide penulisan sepert dibuat tumpul oleh kekuatan magis itu. Tapi, tentu saja kekuatan mistis itu tidak akan kubiarkan berleha-leha. Akan kusemburkan keluar melalui catatan-catatan ini. Akan kusiarkan kekuatan terselubung itu sehingga mereka malu menggangguku lagi.

Aku sudah memantapkan diri untuk mengungkap ke publik siapa gerangan yang menjadi dalang kebuntuan gagasanku menulis ini. Tentu saja, kau tidak akan kubiarkan bernafas barang sedetikpun sekarang ini. Rasakan kekuatan penceritaanku ini. Kejahatanmu kusampaikan ke publik sehingga mereka belajar mengidentifiksi kekuatan magis itu.

Aku sejak bertahun-tahun lamanya dihambat. Selama itu pula aku tidak berkembang seperti kumbang yang dengan sendirinya bisa terbang. Tapi, aku ditempatkan pada titik terendah sehigga tidak mampu mengungkapkan ideku dalam menulis. Masa-masa dimana aku mestinya maju selangkah demi selngkah, itu raib. Aku mengalami kerugian yang sangat sulit ditaksir.

Kekuatan magic negatif menjadi dalang atas rentetan kemunduranku. Aku sudah menghidentifikasinya sekarang dan tidak akan kubiarkan selubung itu terus menghalangi. Entah apapun yang menciptakan enegi itu, mungkin saja aku sendiri yang membangunnya, mulai detik ini, kulenyapkan.

Kudeskripsikan kekuatan yang menghalang-halangi ide menulis itu. Pertama, keinginan menulis dengan dimulai sudut pandang yang sempurna, membanding-bandingkan dengan karya-karya lain yang telah dipublikasikan, Tulisan harus sudah sempurna pada saat proses menulis, mengulang-ulang membaca tulisan yang baru dimulai sehingga waktu terbuang sia-sia.

Bagaimana caraku melenyapkan kekutan sesat itu. Pertama aku akan menulis secara bebas. Ketika Aku sudah memiliki gagasan untuk ditulis, akan langsung kukembangkan melalui gaya menulis yang paling nyaman buatku.

Aku tidak peduli dengan hukum -hukum penulisan, seperti struktur kalimat dan sebagai-sebagainya. Menulis-menulis-menulis dengan bebas. Tidak perlu kubaca ulang selama beberapa waktu atau sampai tulisanku kurasa sudah selesai dan lengkap. Aku tidak akan tunduk pada aturan menullis yang kudapat di sekolah menulis di kampus dulu.

Inilah yang disebut proses menulis.

No comments: