Saat di parkiran sepeda motor baru-baru ini, aku berhenti sebentar untuk dapat mendengarkan ceramah seorang tokoh agama di tempat ibadah yang tidak jauh dari lokasi. Karena menggunakan pengeras suara, suara tokoh itu terdengar keras betul.
Dia berbicara dengan dasar pemahaman sendiri tentang agama. Dia membuat penilaian-penilaian atas hakikat Tuhan bagi penganut agama di luar agamanya. Tokoh ini mengutip ayat suci yang pernah dibacanya. Lalu mengatakan bahwa Tuhan itu itu tidak beranak dan diperanakkan.
Dia mengejek keyakinan umat lain yang mempercayai bahwa bahwa Isa adalah anak Allah. Dia menertawakan umat lain yang mempercayai adanya Yesus. Dia menganggap kaidah agama yang percaya hal ini rendah. Rendah di bawah agamanya.
Dari khobahnya, tokoh agama ini berusaha mempengaruhi jamaah agar ikut-ikut merendahkan umat agama lain. Yang benar satu-satunya hanya agamanya, dan tidak ada kebenaran lain, selain kebenaran dari apa yang dihaminya.
Sepanjang perjalanan pulang, aku berpikir tentang orang yang menurut pikiranku, berbicara terlalu provokativ. Betapa terbatas dan tidak pernah membaca buku-buku yang baik dia. Dia hanya seperti katak dalam tempurung. Tidak dapat memahami tentang kebenaran menurut agama lain.
Aku berpikir, cara melihat seperti itulah yang membuat negara ini terus berkonflik. Negara ini terus memelihara permusuhan. Ya itu, peran tokoh masyarakat semacam itu yang berbahaya. Sedikit pengetahuan dan buta terhadap kenyataan bahwa ada agama lain, ada keyakinan lain, ada dunia lain.
No comments:
Post a Comment