DI AWAL bulan puasa, empat wartawan kriminal yang biasa bertugas di salah satu polres Ibukota itu sedang duduk-duduk. Sambil menunggu buka puasa yang masih enam jam lagi, mereka ngobrol tentang apa saja di sana.
Tiba-tiba dari luar ruang wartawan, terdengar suara sirine mobil polisi. Salah satu wartawan melihat dari jendela mobil itu keluar buru-buru dan di belakangnya diikuti mobil yang biasa dipakai anggota intel.
Keempat wartawan langsung panik begitu menyadari kemungkinan ada berita besar. Seorang wartawan senior yang duduk santai di depan komputer dicuekin. Maksud hati, keempat wartawan muda ini ingin membobol berita.
Makin semangat dan yakin keempat wartawan itu. Mereka langsung melompat dan lari sekencang-kencangnya ke tempat parkir sepeda motor. Setelah menghidupkan mesin, mereka langsung mengejar mobil yang suara sirinenya masih terdengar.
Mereka memacu motor sekencang-kencangnya. Tiap lampu merah diterobos. Bahkan, salah satu motor wartawan sampai menyerempet spion mobil pribadi. Pokoknya, dalam pikiran mereka, ini akan ada berita besar.
Setelah kejar-kejaran dengan mobil polisi tadi selama sekitar satu jam, raungan sirine mobil polisi berhenti di dekat perempatan jalan perbatasan Jakarta-Depok. Bersamaan dengan itu, mobil itu langsung masuk ke sebuah bengkel mobil besar.
Tidak lama kemudian, beberapa anggota polisi keluar dari mobil, lalu berbincang sebentar dengan warga yang berada di dalam bengkel.
Wartawan pun melompat dari sepeda motor. Sambil terengah-engah, keempat wartawan itu masuk ke bengkel. Mereka langsung tanya ke orang yang ada di gedung yang tadi bicara dengan polisi.
“Pak, ada peristiwa apa, polisi kenapa datang ke sini,” kata salah satu wartawan.
“Polisi itu sih biasa datang ke sini kalau mau service mobil,” jawab orang itu.
Tapi naluri berita kriminal wartawan mengatakan ini pasti ada sesuatu yang ditutup-tutupi. Karena, biasanya kalau ada peristiwa besar, polisi suka menutupi lebih dulu sebelum diumumkan ke publik. Tidak mungkin, tidak ada sesuatu.
Karena jawaban dari orang bengkel tidak memuaskan, akhirnya keempat wartawan berlari ke arah polisi. Setelah bekeringat, para wartawan menemukan anggota polisi tadi tengah berada di dalam rumah makan.
Setelah basa-basi, wartawan tanya. “Ada peristiwa apa, pak.”
Dan polisi menjawab, “Ada peristiwa kebakaran, tapi di tempat lain. Di sini tidak ada apa-apa.”
“Terus kenapa tadi pakai sirine,” kata wartawan.
“Ya biasa, biar cepat sampai sini saja dan biar jalannya lancar,” kata polisi.
Awalnya, wartawan itu masih tidak begitu percaya omongan polisi. Sampai akhirnya, mereka capek sendiri karena polisi tetap bilang bahwa tidak ada kejadian kriminal.
Tidak lama kemudian, telepon salah satu wartawan berbunyi. Ternyata dari wartawan senior yang tadi ada di ruang wartawan Polres.
“Gimana beritanya,” kata warawan senior di ujung telepon.
Lalu, dijawab sama wartawan, “Berita apaan bang, orang polisi makan doang.”
Lalu, pecahlah tawa si wartawan senior. “Makanya lu tanya-tanya dulu sebelum ikut mobil polisi, kalau ada berita besar, gua pasti dikasih tahu duluan coy.”
Akhirnya, kembalilah para wartawan itu ke kantor polres. Sambil tertunduk malu, mereka masuk ke ruang wartawan. Meledaklah tawa sejumlah wartawan senior yang berada di sana.
No comments:
Post a Comment