RUPA-RUPA cara digunakan wartawan yang hobi mencari amplop untuk mendapatkan dana segar alias uang dari narasumber. Seperti juga wartawan botak senior satu ini. Idenya selalu mengalir, apalagi kalau menjelang lebaran.
Mungkin perlu sedikit dikasih tahu bocoran tentang wartawan senior ini. Selama ini, ia tidak terlalu disukai teman-teman wartawan lainnya, karena paling malas kalau ikut liputan ke TKP alias tempat kejadian perkara kriminal. Alasannya macam-macam, mulai dari sakit perut sampai ada urusan keluarga. Tapi kalau sore hari, menjelang deadline, ia pasti minta dikirimi berita kriminal dari temannya yang liputan.
Namun, tiba-tiba ada perubahan besar dalam pola liputannya menjelang hari raya lebaran. Wartawan senior ini, setiap hari bertanya kepada teman-temannya, baik via telepon, SMS, BBM, atau ketemu langsung. “Ada razia apa nanti malam coy, kabari gua lah ya, kalau ada TKP,” katanya selalu.
Ia juga jadi gemar kumpul-kumpul bersama wartawan kriminal di warung internet, tempat di mana para wartawan di daerah itu bermarkas alias tempat menulis berita.
Awal-awalnya, teman-temannya tidak begitu ngeh dengan perubahan yang dialami wartawan botak senior ini. Sampai suatu malam kedoknya terbongkar. Ia sangat bersemangat ikut razia Satpol PP di salah satu kecamatan yang disinyalir masih ada tempat hiburan yang beroperasi.
Sepanjang razia itu, ia terlihat tidak ikut meliput seperti teman-teman lain. Si botak hanya duduk di atas motor dari kejauhan. Sementara wartawan lainnya sibuk wawancara narasumber. Semula, wartawan lain pikir, si botak takut dengan razia atau trauma dengan aksi anarkis.
Tetapi, begitu acara razia berakhir, tiba-tiba ia seperti melompat dari atas sepeda motor untuk menemui orang yang dituakan di Satpol PP. Ia menempel pejabat di satuan itu mulai dari tempat hiburan yang baru dirazia sampai kantor satuan di pusat pemerintah kota.
“Mantap operasi kita malam ini abangku,” kata wartawan senior kepada kepala satuan.
Sejurus kemudian, pejabat di satuan polisi pamong langsung kena rayuan maut si wartawan senior. Buktinya, saat itu juga, tangannya merogoh kantong. Keluarlah beberapa lembar uang Rp50 ribuan dari kantong orang tua di satpol itu untuk si senior.
Begitu uang sudah cair, si senior undur diri. Ia pamit kepada teman-temannya. “Coy, aku terpaksa pergi duluan ini, mau ngetik berita dulu. Bos gua sudah telpon-telpon dari tadi, supaya berita segera dikirim.”
Mendengar itu, wartawan kriminal yang lain cuma diam saja sambil melengos ke kanan. Soalnya, mereka sudah tahu kelakuan si botak satu ini.
No comments:
Post a Comment