HARI LEBARAN tinggal sebentar lagi, tetapi sayang, uangnya betul-betul menipis. Jadi, wartawan amplop senior ini betul-betul harus memutar otak. Maklum, lebaran banyak kebutuhan.
Soalnya, kalau berharp gaji dan THR dari kantor redaksi, bagi dia, itu semua tidak bisa diandalkan. Jumlahnya kecil. Maklum, kantornya pelit setengah mati. Coba kalau nilai gaji dan tunjangan layak, tentu dia tidak akan pontang-panting seperti sekarang.
Cring, suatu pagi hari, ide cemerlangnya keluar seiring dengan usainya waktu sahur. Jadi, untuk mendapatkan dana segar lebaran alias uang ketupat atau apalah namanya, caranya ialah mengoptimalkan jaringan narasumber.
Wartawan senior ini mengumpulkan dulu nomor-nomor dan nama narasumber yang kira-kira tidak pelit mengeluarkan uang. Bahkan, ia sampai tanya-tanya nomor telepon narasumber dari teman wartawannya.
Setelah semua nama dan nomor telepon terkumpul rapi, mulailah ia mengontak satu persatu. Ada yang bisa ditelepon, ada juga yang tidak bisa karena telepon narasumber selalu sibuk.
Wartawan amplop senior tidak kehilangan akal untuk mengejar narasumber yang nomor teleponnya sibuk terus itu. Ia mengirimkan SMS kepada pejabat-pejabat itu. Intinya ingin mengucapkan lebaran sekaligus mengharapkan uang ketupat.
Hasilnya bisa dikatakan lumayan bagi si wartawan ini. Ada narasumber yang mengajaknya ketemu dan buka bersama, ada juga narasumber yang bersedia mentransfer uang ketupat via rekening bank.
Ada salah satu narasumber yang akhirnya membalas SMS setelah tiga jam dikirim. Isinya berupa kalimat memaki-maki. Usut punya usut, ternyata wartawan senior ini setengah tahun yang lalu, pernah memberitakannya negatif sehingga nyaris dipecat dari jabatan.
Bahkan, narasumber itu sampai mengancam akan melaporkan si wartawan amplop senior ke redaksi karena telah meminta-minta uang ketupat.
Bagi wartawan senior, ini pengalaman yang sial. Ia lupa kalau pernah berurusan dengan pejabat itu. Kalau ingat, pasti ia tidak akan meminta uang ketupat padanya.
No comments:
Post a Comment