Monday, August 9, 2010

Tak Didaftar Panitia, Misuh-misuh

HARI ITU merupakan puncak peringatan Hari Koperasi di daerah penghasil padi ini. Sebagian anggota masyarakat senang karena untuk pertama kalinya, perayaan macam ini diselenggarakan di daerahnya. Tentu saja para wartawan juga senang karena mendapat berita besar, mengingat tokoh yang hadirpun kelas nasional.

Di antara puluhan wartawan yang bergerombol di kursi bagian belakang, seorang wartawan muda terlihat gesit mewawancara narasumber. Setelah satu selesai, ganti wawancara narasumber yang lainnya. Dan seterusnya.

Pada pukul 14.00 WIB, acara peringatan Hari Koperasi bubar. Sebagian wartawan yang tadi santai di kursi belakang, tiba-tiba sibuk. Bukan sibuk mengejar narasumber, melainkan sibuk mencari panitia acara. Ke sana ke mari.

Nah, giliran si wartawan muda yang santai. Soalnya, ia sudah punya data banyak sekali. Ia juga bukan wartawan amplop. Ia cuek saja dengan teman-temannya yang mendadak super sibuk itu. Ia langsung pergi dari tempat kejadian perkara untuk mengetik berita.

Dua jam kemudian, seorang temannya datang. Nampaknya si teman yang tadi juga ikut acara peringatan Koperasi itu sedang tidak bahagia. “Asu, kirik.”

Entah kenapa, ia misuh-misuh. Pada waktu baru turun dari sepeda motor, ia langsung menendang sepeda motornya hingga nyaris terguling.

“Kurang akar tuh panitia. Masa namaku enggak dicantumin. Kamu dapat berapa?” katanya kepada si wartawan muda.

“Dapat berapa apanya?” jawab si wartawan muda. Dalam hati, ia berkata, oh ternyata persoalannya seputar amplop sehingga ia misuh-misuh seperti itu.

Teman wartawan yang baru datang tadi terus saja mengamuk. Ia menggerutu tak habis-habisnya. Ia merasa baru saja mendapatkan ketidakadilan.

“Yang dihitung panitia kok wartawan-wartawan yang enggak jelas (alias bodrek). Lha yang kaya kita kok engga dicantumin.”

Karena wartawan muda tidak terlalu peduli dengan amplop-amplopan. Ia hanya tertawa keras-keras.

“Elu sih, minta amplopnya kurang galak,” ledek wartawan muda sambil terus tertawa. “Lain kali, elu tempel terus tuh panitia, tempel sampai rumahnya kalau perlu, sampai cair.”



No comments: