Thursday, August 12, 2010

Trik Wartawan Nakal Cari Karcis Kereta

MENJELANG libur lebaran di Indonesia, tidak mudah untuk mendapatkan kursi kereta api ke Pulau Jawa. Orang harus mengantri lama sekali untuk mendapatkannya. Atau harus lewat tangan calo untuk mendapatkannya, tentu saja resikonya harganya berlipat-lipat dari harga normal.

Tapi, wartawan senior satu ini, tidak mau seperti anggota masyarakat lainnya. Wartawan yang sudah merencanakan libur ke kampung halaman selama sepekan itu punya cara pintas untuk menyiasati sulitnya mendapatkan tiket kereta api.

Tentu saja, ia memanfaatkan posisinya sebagai wartawan. Suatu pagi, ia menghubungi kepala salah satu stasiun tersibuk di Ibukota ini lewat telepon. “Halo pak kepala, apa kabar.”

“Kabar baik, mas. Dengan siapa?” kata kepala stasiun.

“Dengan saya pak, wartawan XX. Wah bapak sibuk sekali ini sepertinya,” ujar wartawan.
“Ada keperluan apa, mas.”

“Saya ingin ngobrol-ngobrol sama bapak nih, soal persiapan perjalanan lebaran, gimana pak situasinya,” kata wartawan senior.

Karena sudah biasa ditanya-tanya wartawan soal persiapan perusahaan kereta soal lebaran, berceritalah panjang lebar kepala stasiun tadi. Mulai dari jumlah kereta, pengamanan dalam kereta, pengamanan jalur kereta, sampai suasana di stasiun itu.

Di ujung telepon, wartawan menjawab, “Baiklah, pak. Semoga semuanya berjalan baik dan lancar.”

“Dan media saya harapkan juga memberitakan dengan jelas sehingga masyarakat tidak panik,” kata kepala stasiun.

Lama-lama, karena suasana perbincangan sudah mulai cair, mulailah wartawan ini mengarah pada tujuan sesungguhnya. “Sukseslah pak ya. Kalau sukses di lebaran ini, bapak kepala nih, sebentar lagi bisa jadi naik pangkat."

Kepala stasiun yang tadi mengeluarkan suara agak galak, kini, mulai lembut. Agaknya, ia kena rayuan gombal si wartawan. Ia selalu bilang terima kasih tiap kali si wartawan memuji setinggi langit.

Nah, pada saat seperti itu, niat asli wartawan itu terungkap. “Pak, ngomong-ngomong, tiket kereta ini susah sekali di dapat, ya. Mohon bantuannyalah pak. Satu tiket saja.”

Entah karena tidak enak hati atau karena senang setelah mendapat pujian sehingga tak kuasa menolak, kepala stasiun itu akhirnya memberikan jatah kursi khusus kepada wartawan itu. Setelah itu, ia mengucap beribu-ribu terima kasih.


No comments: