Monday, August 30, 2010

Eta Teh Wawartawanan

DI DUNIA kewartawanan, ada wartawan bodrek yang baik. Biasanya, ia tidak suka memaksa pejabat untuk memberi uang. Hanya meminta, kalau diberi ya bilang terima kasih, kalau tidak diberi, ia cari lagi sasaran pejabat lain. Tapi, ada juga di antara mereka yang bertindak keterlaluan. Suka mengancam.

Model wartawan yang terakhir itu tak lain adalah si wartawan bernama XXL yang ada di Jawa Barat. Kemana-mana ia mengaku sebagai salah satu wartawan koran kriminal. Kemana-mana, ia mengenakan id card bertuliskan nama media, entah medianya ini terbit penjuru dunia mana, tidak ada yang tahu, kecuali dia sendiri. Misterius.

Mengapa dibilang medianya misterius, soalnya para wartawan di daerah itu tidak ada satupun yang pernah menemukannya, apalagi sampai membaca media tempat si wartawan bernama XXL ini bekerja.

Tapi, biarpun keadaannya seperti itu, nama si XXL ini cukup mencorong di dunia kewartawanan setempat. Sayangnya, bukan karena karyanya, melainkan karena sepak terjangnya di tengah masyarakat.

Banyak pejabat, baik di pemerintahan, swasta, maupun kepolisian yang sudah tidak asing lagi dengan XXL. Orangnya memang agak supel dan selalu hadir dimana-mana. Tapi, ia juga dikenal cepat naik pitam kalau sudah menyangkut uang amplop.

Para kepala sekolah dan kepala dinas paling tidak mau berurusan dengannya si XXL. Tetapi, anehnya, para pejabat itu selalu merasa ketakutan kepadanya. Apalagi kalau mereka didatangi si XXL dengan berbagai isu, lalu diancaman akan dipublikasikan ke medianya.

Nah, suatu hari, si XXL mendatangi seorang PNS. Ia mengancam akan memberitakan kasus pemalsuan identitas si PNS itu saat daftar jadi pegawai beberapa tahun lalu. Kecuali, si PNS mau memberikan uang beberapa juta rupiah kepadanya.

Saat mendatangi tempat tinggal PNS tadi, si XXL mengaku membawa semua berkas pemalsuan itu. Tapi, pada waktu itu, si PNS tidak mau cek-cok. Ia bilang minta waktu, tujuannya agar si XXL tidak berbuat sesuatu yang tidak diinginkan.

Keesokan harinya, si PNS datang ke polisi. Ia melaporkan si XXL dengan tuduhan pemerasan.

“Eta teh wawartawanan alias wartawan gadungan, pak,” kata PNS.

“Lebok tah, ngaririweuh wae. Ngabalaan dunya eta teh.”

Siang harinya, si PNS bersama polisi langsung mendatangi kantor kelurahan, tempat biasa si XXL nongkrong. Petugas pun langsung menangkapnya.

“Puas tah rasakeun ku sia wartawan. Eta teh ngarana teu nyaho di temah wadi.”

No comments: