Monday, August 16, 2010

Gara-Gara Jepretan Kamera, Tinju Dihentikan

BENAR-BENAR mengagetkan apa yang dilakukan wartawan muda usia di bidang olah raga ini. Apes. Gara-gara kilatan kamera pocket-nya, pertandingan tinju profesional, geger.

Jadi, ceritanya begini. Begitu juri tinju menendang-nendang lonceng, dimulailah permainan tinju yang sejak lama dinanti pemirsa. Tergopoh-gopohlah si wartawan muda usia ini dari belakang.

Ia cepat merapat ke dekat ring. Supaya bisa mengamati jalannya permainan. Maklum, bisa dibilang pengamatannya mewakili jutaan pembaca korannya besok.

Karena fotografer koran tempatnya kerja tidak datang, maka selain mereportase, terpaksalah ia juga gunakan kamera pocket. Jeprat-jepret sana sini untuk mengabadikan peristiwa. Walau kameranya cuma kamera mini, tapi gayanya benar-benar mengesankan. Kadang di bawah, kadang di atas.

Pada waktu itu, semuanya berjalan aman-aman saja. Tetapi kemudian, insiden itu terjadi. Gara-garanya begini. Setelah sekian menit ia tidak menjepretkan kamera, ternyata hal itu mengakibatkan sistem mekanis kilatan lampu yang tadi di off-kan, kemudian bekerja kembali secara otomatis.

Ia tidak sadar sampai ronde dua dimulai. Kedua petinju dengan garang menghajar sana – menghajar sini, hantam kanan – hantam kiri, si wartawan muda usia pun siap-siap menjepret momen-momen penting itu.

“Jepret.” Bersamaan dengan itu, kilatan kamera keluar. Terang sekali. Tiba-tiba, wasit bilang, “Stop, stop.” Tangan wasit dengan gesit memisah perkelahian kedua petinju yang seperti orang kesambit setan itu.

Setelah pertandingan berhenti, wasit menegur wartawan muda usia ini dengan bahasa isyarat. Intinya, tidak boleh memotret dengan cahaya di dekat permainan. Karena hal itu bisa menyebabkan mata petinju silau. Kalau silau, bisa dengan mudah dibantai musuhnya.

Si wartawan muda sendiri tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan. Ia sangat tidak enak hati. Pertandingan tinju profesional dihentikan. Padahal, saat itu, acaranya disiarkan televisi swasta di hadapan jutaan pemirsa.

Awalnya, penonton tinju tak sadar dengan insiden itu. Tetapi, belakangan, akhirnya tahu juga. Mereka sangat kecewa. Mereka melampiaskan kekesalannya kepada si wartawan muda usia itu dengan meneriakinya. "Wooi, bodooooo kauuuu. Anak siapa itu."

Makin merahlah wajah si wartawan muia usia itu. Ia cuma bisa terdiam sambil berdoa agar semua orang di stadion itu cepat melupakan insiden barusan. Akhirnya doanya terkabul, pertandingan tinju pun dilanjutkan lagi.

2 comments:

Galuh Parantri said...

Tinjunya di stadion??
Kaya bola wae...

Makanya, jangan salahkan lah... salah kantornya ituhhh sapa suruh kurang juru poto. Masak reporternya jadi kudu dobel kerjanya? *hihihi emosi

Pelajaran moral, pelajarilah baik-baik kamera poketmu nak

Siswanto said...

yoi, setuju dengan anda mbak galuh. wkwkw