INI CURHATAN dari seorang pejabat di pemerintahan XXL menjelang lebaran tahun ini. Belakangan, ia bilang kalau dirinya sangat capek. Kalau pulang kerja, pinggangnya ibarat sudah mau patah saja.
Apa gerangan yang membuat pejabat bagian hubungan masyarakat ini kelenger. Ternyata karena para wartawan. “Jumlah wartawan di sini sekarang banyak banget, berlipat ganda,” katanya. "Terus, tiap hari menemui kita."
Ia tahu jumlahnya berlipat-lipat karena setiap hari memang selalu berjumpa dengan wartawan. Hari-hari terakhir ini, setiap kali jalan ke luar dari ruangan, ia pasti jumpa orang-orang baru yang di lehernya tergantung kartu pers.
Pak pejabat itu mengira-ira, ada lebih dari dua ratus wartawan yang sekarang ini beredar di kompleks pemerintahannya. Padahal, jumlah normal wartawan meliput di kantor pemerintahan ini jauh sebelum bulan puasa hanya sekitar 30 orang.
Entah itu wartawan resmi atau bukan, yang jelas, dari pagi sampai sore mereka hampir dapat ditemukan di setiap lorong kantor dinas dalam kompleks pemerintahan itu. “Ini suasana mendadak.”
Terus apa sebenarnya yang membikin pak pejabat ini merasa pusing tujuh keliling. Kan, memang setiap hari ia berjumpa wartawan dan melayaninya.
“Soalnya, sekarang ini, makin banyak proposal yang diajukan ke kita. Umumnya proposal untuk THR. Gimana kagak puyeng nih kepala.”
***
Dipersembahkan untuk GoVlog- Ramadan VIVAnews
5 comments:
Antri di loket gak bang?
kira kira ya seperti itulah mbaknya.
kaya wartawan yang banyak itu melebihi normal kaya'a wartawan freelance dech mas,soalnya kagak mungkin satu instansi menambah jumlah wartawan secara banyak melebihi kapasitas pemasukan :)
dah aku follow blog'a mas,gantian ya mas follow back blog saya
Wah..hal ini sama yang dialami saya kira 10th yg lalu di Medan. Waktu itu berhubung warga baru tinggal disana lalu hal ini saya tanyakan kpd teman2, jawabnya ah mas seperti ini mah sudah biasa katanya. Akhirnya kami sarankan mereka mengisi buku tamu dan minta perlihatkan kartu identitasnya. Ternyata kaget juga rupanya tidak sedikit dari mereka yang gunakan kartu anggota kadaluarsa dan umumnya hanya mewakili koran-koran yang belum terkenal. Justru kami jarang sekali melihat mereka yang mewikili koran ternama nasional maupun lokal.
Saran saya kepada Dewan Pers untuk menertibkan praktik ini bagaimana dan apapun alasannya karena tidak memberikan citra martabat yang baik bagi kalangan pers itu sendiri.
Selamat berkarya!
-- siap bang andy. thanks bang
-- bang rada, abang punya pengalaman menarik juga itu. bolehlah di posting.thanks bang.
Post a Comment