PAGI-PAGI BUTA, seorang wartawan senior dikejutkan oleh dering telepon. Karena berkali-kali telepon itu berteriak, terpaksalah dia bangun, walau sebenarnya sangat malas.
Maklum, semalam dia begadang sehabis ikut judi bola. Capek masih terasakan sampai pagi hari. Sudah capek badan, capek juga hati, karena kalah judi banyak sekali.
Beberapa detik setelah ia menerima telepon, ia langsung bugar. Capek langsung hilang. Selidik punya selidiki, ternyata yang menelepon itu adalah temannya yang mengabarkan kalau ada panitia acara partai yang mengundang untuk liputan.
Tema acara salah satu partai papan menengah itu ialah Kebulatan Tekad Untuk Menuju Pilres 2014.
Wartawan senior ini senang sekali. Yang tadinya malas mandi, kini, ia cepat-cepat ambil handuk dan lari-lari kecil ke kamar mandi. Dalam pikirannya, gila, diundang secara khusus oleh panitia. Pasti jale-nya alias amplop alias 86-nya besar sekali.
Ia menghitung-hitung sambil mandi, jale yang akan diterima nanti siang paling sedikit tiga tiang atau dalam bahasa awamnya sebesar Rp300 ribu.
Sejam kemudian, temannya datang dengan sepeda motor. Lalu, cepat-cepat mereka meluncur ke kecamatan tempat berlangsungnya acara kampanye tadi sebagaimana undangan dari panitia partai.
Sampailah mereka di lapangan acara. Bagi, wartawan senior itu, membosankan sekali acara macam itu. Yang menghiburnya sampai akhir acara hanyalah tiga tiang yang bakal diterima.
Tiga jam setelah berpanas-panasan di lapangan, acara selesai. Wartawan senior dan temannya kucuk-kucuk datang ke panitia yang berada di dekat mobil. Ternyata yang datang bukan Cuma dua wartawan, tapi belasan wartawan.
Sesuai perkiraan, mereka dibagikan amplop. Tapi, untuk menerima jatah, mereka harus berbaris. Ada sekitar 90 orang dengan kalung kartu pers yang berderet-deret di depan panitia. Setelah berkeringat dan kulit merah karena panas, akhirnya dua wartawan itu dapat bagian.
Tidak lama setelah basa-basi dengan panitia dan bertanya kapan ada acara lagi, kedua wartawan itu langsung undur diri. Mereka segera cabut dari tempat kejadian perkara. Sepanjang jalan kedua wartawan itu bahagia bukan main.
Sesampainya di warung makan untuk mengisi perut, maklum perjalanan panjang, dua wartawan itu dengan malu-malu kucing membuka amplop. Sedetik kemudian, “Kacruuuuuuutt, keoooong racuuuuuuun.”
Mereka misuh-misuh. Sumpah serapah keluar. Kenapa kok begitu? Ternyata amplopnya isinya Cuma Rp5.000. Mereka langsung lemes dan tidak nafsu makan.
Si wartawan teman wartawan senior yang punya sepeda motor langsung mencoba menelpon panitia yang mengundangnya. Maksud hati untuk konfirmasi apakah benar isi amplop cuma goceng. Sialnya, mereka harus kecewa lagi. Telepon panitia ternyata tidak aktif.
2 comments:
Dasar kau keong racun.... LOL
Wah barangkali pihak panitia uda keteteran dana jadi wajar kalo cuma ada budget per wartawan 5000 ajyah... kalo di redenominasi cuma 5 perak..hihi
hohoho.. keong emas no
Post a Comment