Tuesday, August 17, 2010

Panitia Geleng-geleng Kepala ke Wartawan

INI CERITA seorang wartawan setengah senior. Kenapa oleh teman-temannya dibilang begitu, karena dari usianya sudah masuk senja, tapi ia mengaku masih baru bergelut di dunia jurnalistik.

Nah, suatu hari, ada acara pembukaan galeri lukisan di salah satu kabupaten di Pulau Dewata. Tempat acaranya ini, memang selama ini jadi markasnya para seniman daerah setempat.

Wartawan setengah senior satu ini, selama ini, memang tak pernah membuang kesempatan menghadiri acara ‘basah’ macam itu.

Walau, jarak yang ditempuh lumayan jauh, dari Denpasar, dan juga acaranya berlangsung malam hari, tetap saja ia bertekad datang. Oleh teman-temannya, ia terkenal tidak pernyah menyerah, khusus untuk soal mencari jale alias 86 alias amplop.

Waktu itu, dia menduga pemilik galeri yang mengundang acara itu adalah salah satu pengurus cabang partai besar Tanah Air. Jadi, ia berani menebak, isi amplopnya bakalan tebal, dech.

Setelah melalui perjuangan panjang. Menyusuri gelapnya malam di Pulau Dewata dengan sepeda motor, tibalah si wartawan setengah senior di tempat kejadian perkara. Kebetulan, sampai di sana acaranya sudah hampir bubar, sehingga ia tak perlu lama-lama menunggu tahap yang paling ia cari. Pencairan jale.

Begitu pembukaan galeri selesai, ternyata si wartawan setengah senior satu ini bingung sendiri. Soalnya, waktu itu, para wartawan lainnya sibuk mencari narasumber dengan angle berita masing-masing.

Setelah tidak bingung, ia menemui panitia pembukaan galeri. Begitu ketemu, ia langsung mengutarakan isi hati. Terus terang, ia minta amplop.

“Pak, ini acaranya sudah selesai dan sekarang saya mau pulang,” kata si wartawan setengah senior.

“Oh, iya mas, makasih banyak sudah mau datang.”

“Enggak ada anggaran untuk wartawan nih,” tanya dia.

“Oh, iya sebentar, ini ada titipan dari yang punya galeri.”

Wuih, begitu tangannya menerima amplop, wajahnya langsung sumringah. “Gede nech,” katanya dalam hati.

Begitu dapat amplop, ia langsung membuka sambil pura-pura membungkuk untuk mengambil sesuatu di lantai. Setelah amlop disobek, ternyata, isinya Rp50 ribu.

Eh, dia langsung protes panitia yang tadi menyerahkan amplop. “Bapak ini gimana sih, jauh-jauh ngundang, cuma dapet RP50 ribu doing.”

Tak Cuma itu, dia sampai curiga kalau jatah untuk wartawan sudah dipotong oleh pihak lain.

“Kalau bapak enggak mau, ya nggak usah diterima saja. Sini dikembalikan juga enggak apa-apa,” tantang si panitia galeri.

Dengan pedenya si wartawan setengah senior bilang, “Enak saja dibalikin. Saya sudah capek-capek, terus nggak dapat apa-apa, gitu." Setelah bicara itu, uang Rp50 ribu yang tadi diributkan langsung masuk kantong. Terus, ia pergi begitu saja.

Si panitia cuma bisa geleng-geleng kepala pertanda heran. “Kok ada ya makhluk seperti itu.”

2 comments:

Galuh Parantri said...

50 ribu udah bisa beli pulsa buat sebulan kali ya...
Kok ada ya menungso gak bersyukur... --"

Siswanto said...

maunya 1 juta e. wkwkkw